Jumat, 28 Oktober 2011

LAPORAN MINGUAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK PERAH PEMERIKSAAN PEMALSUAN SUSU


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Susu biasanya berarti cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yoghurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lain untuk konsumsi manusia.Semua orang di dunia ini membutuhkan susu untuk menopang kehidupannya. Baik dari bayi sampai orang yang sudah lanjut usia.
Susu tersusun oleh zat-zat makanan dengan proporsi yang seimbang. Susu disusun oleh zat utama yang berupa air, protein, lemak, karbohidrat, mineral – mineral dan vitamin-vitamin. Susu terdiri dari air 87,9% dan bahan kering 12,1%. Susu adalah minuman bergizi yang mengandung protein 3,2% dan kaya akan mineral kalsium (143 mg/100 g susu). Dengan konsumsi yang masih relatif rendah ini, maka kontribusi susu terhadap intake protein asal ternak adalah 10%  
Susu kaya akan asam amino triptofan. Minum susu secara teratur akan meningkatkan tubuh memproduksi melatonin di malam hari. Melatonin adalah hormon yang sekaligus antioksidan yang membuat tubuh bisa beristirahat. Oleh karena itu minum susu di malam hari sangat dianjurkan agar tubuh kita bisa tidur dengan nyenyak dan keesokan harinya bisa melakukan aktivitas rutin.

Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum pemeriksaan pemalsuan susu ini adalah untuk mengetahui kemurnian suatu susu dengan melihat pembuktian penambahan air, penambahan santan secara mikroskopik, pembuktian penambahan pati secara kimia dan mikroskopik dan penambahan susu masak dengan uji storch dan penambahan formalin.
Manfaat dari praktikum ini yaitu, dengan adanya praktikum kita bisa mengetahui apakah susu tersebut murni atau sudah di palsukan.



TINJAUAN PUSTAKA

Pembuktian penambahan air
Berat jenis susu normal adalah 1,0280 – 1,0320 dengan penambahan air pada susu maka berat jenis susu, kadar lemak,  dan bahan kering susu akan turun, setiap kenaikan atau penurunan suhu 10C maka dilakukan penyesuaian koefisien mutu susu. (Basya. 2000).
Pembuktian penambahan santan secara mikroskopik
Penambahan santan pada susu akan terlihat adanya lemak susu yang heterogen. Normal susu berkisar antara 3- 8% ( Siregar. S. B. 2003).
Penambahan pati kedalam susu dapat di lihat dengan adanya gumpalan lemak –lemak pada permukaan susu yang di letakkan pada gelas serta susu terlihat lebih pekat. ( Davendra. 2001).
Pembuktian penambahan pati secara kimia
Dengan adanya penambahan pati kedalam susu maka akan terbukti dengan adanya perubahan bentuk warna susu menjadi warna biru.(Hadiwiyoto.1983)
Susu yang mengandug pati apabila di campurkan dengan larutan lugol akan berwarna biru tetapi bila berwarna kuning maka susu tersebut negatif.(Wahyu.J.1985).
Pembuktian Penambahan Susu Masak Dengan Uji Storch
Jika susu yang sudah di masak di campur dengan larutan seperti paraphenildiamin atau pun lainnya maka susu akan tetap berwarna putih. (Williamso. G. 1993).
Jika susu di panaskan sampai mendidih maka susu akan pecah, pada susu yang rusak maka butiran protein akan menurun stabilitasnya, susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan berubah warnanya menjadi biru. (Soewedo. 1997).





MATERI DAN METODA

             Waktu dan Tempat
Praktikum pemeriksaan pemalsuan susu ini dilaksanakan pada hari sabtu 27 November 2010. dimulai pada pukul 14.00 hingga selesai. di Laboratorium Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.

            Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan pemalsuan susu yaitu: laktodensimeter, termometer, Formalin, Phenolpthaline, Asam Klorida, pipet tetes, labu erlemeyer 250ml dan 500ml,  busen, penangas air, gelas ukur 100ml dan 250ml. mikroskop, objek gelas, larutan hidrogen peroksida, larutan asam asetat, larutan lugol, corong, kertas saring dan susu.
             
            Cara Kerja
Pembuktian Penambahan Air
Pembuktian penambahan air kedalam susu di lakukan melalaui pengukuran berat jenis. Berat jenis susu berkisar antara 1,0280 – 1,0320. Dengan penambahan air atau whey, maka berat jenis akan turun.
Pembuktian Penambahan Santan Secara Mikroskopik
Bersihkan gelas objek lalu teteskan satu tetes susu dan tutup dengan gelas penutup lihat dengan pembesaran objektif 10X dan 45X. Tampak dibawah mikroskop butir-butir lemak susu homogen, sedangkan butir-butir lemak nabati lebih besar dari lemak susu.
Pembuktian penambahan pati secara kimia
Masukkan 10 ml sampel susu kedalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 ml asam asetat. Panaskan tabung dan sampel susu disaring, kedalam filtrate teteskan 4 tetes glugol, apabila positif mengandung pati, maka warna filtrate menjadi biru, bila berwarna kuning artinya negatif, dan bila warna hijau reaksi masih di ragukan.


Pembuktian Penambahan Pati Secara Mikroskopik
Didalam preparat natif dari sampel susu yang di lihat di bawah mikroskop akan terlihat butir-butir amilum yagn di tandai dengan inti yang konsentris.
Pembuktian Penambahan Susu Masak Dengan Uji Storch
Masukkan 5 ml sampel susu kedalam tabung reaksi, tambahkan 2 tetes larutan paraphenildiamin 2%, tambahkan 1 sampai 4 tetes larutan hidrogen peroksida, susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan berubah warnanya menjadi biru. Susu yang di panaskan pada 77-800C tetap berwarna putih
Pembuktian Penambahan Formalin
Masukkan 2 ml sampel susu kedalam tabung reaksi, tambahkan 10ml larutan asam klorida yang mengandung besi. Panaskan dan biarkan 1 menit dalam suhu mendidih, bila mengandung formalin, maka akan tampak warna ungu.





















HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuktian penambahan air
Gelas
Suhu
Berat jenis
Keterangan
Hasil
A
280C
1,016
Penambahan air
Susu lebih encer
B
290C
1,014
Penambahan santan
Susu lebih pekat
C
280C
1,022
Penambahan pati
Adanya endapan pada gelas
D
280C
1,046
Panambahan formalin
Warna tidak berubah tapi bau menyengat
E
280C
1,024
Susu murni
murni
                 
                  Dari pengamatan tabel di atas bahwa susu terlihat encer apabila terjadi penambahan air, yang menyebabkan susu tidak murni lagi. Kemurnian susu dapat di lihat dari berat jenisnya. Berat jenis normal susu berkisar antara 1,0280 – 1,0320. Jika terjadi penambahan air maka berat jenis susu akan turun, hal ini sesuai dengan pernyatan yang menyatakan bahwa berat jenis susu normal adalah 1,0280 – 1,0320 dengan penambahan air pada susu maka berat jenis susu, kadar lemak,  dan bahan kering susu akan turun, setiap kenaikan atau penurunan suhu 10C maka dilakukan penyesuaian koefisien mutu susu. (Basya. 1992).
Pembuktian penambahan santan secara mikroskopik
Gelas
HASIL
A
Terdapat butiran kecil
B
Terdapat butiran besar
C
Penambahan pati
D
Penambahan formalin
E
Murni

Lemak nabati mempunyai ukuran yang lebih besar dari lemak susu. Jika di bawah mikroskop terdapat ukuran lemak yang lebih besar maka lemak tersebut di sebut lemak nabati, jadi pada tabel di atas susu yang mengalami penambahan pati terdapat pada gelas B. Karena pada gelas B tersebut terdapat butiran-butiran yang besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa penambahan santan pada susu akan terlihat adanya lemak susu yang heterogen. Normal susu berkisar antara 3- 8% ( Siregar. S. B. 1995). Penambahan pati kedalam susu dapat di lihat dengan adanya gumpalan lemak –lemak pada permukaan susu yang di letakkan pada gelas serta susu terlihat lebih pekat. ( Davendra. 1995). Hal ini sesuai dengan gambar di bawah ini:
Pembuktian penambahan pati secara kimia
Gelas
Keterangan
Hasil
A
Penambahan air
Berwarna kuning
B
Penambahan santan
Berwarna coklat
C
Penambahan pati
Berwarna biru
D
Penambahan formalin
Berwarna kuning
E
Murni
Berwarna kuning
                 
                  Prinsip pembuktian secara kimia bahwa adanya pati didalam sampel susu akan di buktikan dengan penambahan larutan lugol dan terbentuk warna biru.jadi pada tabel di atas di simpulkan bahwa susu yang mengalami penambahan pada pati terjadi pada gelas C. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa dengan adanya penambahan pati kedalam susu maka akan terbukti dengan adanya perubahan bentuk warna susu menjadi warna biru.(Hadiwiyoto.1983) Susu yang mengandug pati apabila di campurkan dengan larutan lugol akan berwarna biru tetapi bila berwarna kuning maka susu tersebut negatif.(Wahyu.J.1985).








Pembuktian Penambahan Susu Masak Dengan Uji Storch
5 ml sampel susu di masukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan dengan 2 tetes larutan paraphenildiamin 2% lalu tambahkan 2 tetes larutan hidrogen peroksida dan warnanya berubah menjadi putih kebiru-biruan, tapi jika menggunakan sampel susu yang di masak maka warnanya tetap yaitu berwarna putih. Jika susu yang sudah di masak di campur dengan larutan seperti paraphenildiamin atau pun lainnya maka susu akan tetap berwarna putih. (Williamso. G. 1993). Jika susu di panaskan sampai mendidih maka susu akan pecah, pada susu yang rusak maka butiran protein akan menurun stabilitasnya, susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan berubah warnanya menjadi biru. (Soewedo. 1997).


Pembuktian Penambahan formali
Pada uji pembuktian penambahan formalin uji yang di lakukan gagal. Kegagalan ini disebabkan adanya kesalahan teknis dan adanya kesalahan campuran zat-zat tersebut.















PENUTUP

             
             
            Kesimpulan
Dari  praktikum yang telah dilaksanakan, dapat di ambil kesimpulan bahwa  pada pembuktian penambahan air susu tersebut telah encer begitu juga pada penambahan santan secara mikroskopik susu terdapat butiran-butiran besar , pada pembuktian penambahan pati susu mengalami perubahan menjadi warna biru dan pada pembuktian susu masak susu tersebut tidak berubah dan warnanya tetap putih.
             
            Saran
Dari hasil praktikum disarankan kepada pembaca untuk minum susu secara teratur karena akan meningkatkan tubuh memproduksi melatonin di malam hari. Membiasakan diri minum susu dengan zat-zat makanan dengan proporsi yang seimbang akan memberikan dampak positip bagi kesehatan terutama untuk mencegah osteoporosis (kerapuhan tulang).






                                  








DAFTAR PUSTAKA

Basya. S. 2000. Pertumbuhan Dan Produksi Susu Sapi Perah. Bogor; IPB.
Davrendra. 2001. Produksi Sapi Di Derah Tropis. Bogor: Universitas Udayana.
Hadiwiyoto. S. 1983. Hasil-Hasil Olahan. Yogyakarta: Liberty.
Soewedo. 1997. Sapi Perah. Jakarta Penebar Suadaya.
Siregar. S. B. 2003. Penggemukan ;Sapi. Penebar swadaya. Jakarta
Williamso. G. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Yogyakarta; Gajah mada university press.

Wahyu. J. 1985. Beternak Sapi Perah. Yogyakarta; Gajah mada university press.

laporan praktikum produksi ternak perah


PENDAHULUAN


Latar Belakang

Susu biasanya berarti cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yoghurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lain untuk konsumsi manusia.Semua orang di dunia ini membutuhkan susu untuk menopang kehidupannya. Baik dari bayi sampai orang yang sudah lanjut usia.
Susu terdiri dari bahan kering. Bahan kering ini terdiri dari bahan kering tanpa lemak, lemak dan vitamin A, D, E, dan K. Bahan kering tanpa lemak terdiri dari protein, laktosa, mineral-mineral, vitamin, gas-gas, enzim dan nitrogen non protein.
Pada umumnya susu belum dianggap sebagai makanan manusia. Padahal akndungan bahan makanan yang bagis terdapat di dalam susu. Untuk mengetahui komposisi susu dapat diketahui dari beberapa yaitu dari mengetahui kadar jenis, kadar bahan kering, dan lain-lain.


Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan memahami cara menghitung komposisi susu.
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui cara perhitungan komposisi susu.



TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Berat Jenis

Susu didefenisikan sebagai suatu yng tidak dikurangi atau ditambahi sesuatu apapun pada komponennya. (Siregar R.S. 1994)
Metode pengukuran berat jenis bertujuan untuk melihat keadaan kadar berat jenis dalam susu. (Wiliam.G. 1993)

Pengukuran Kadar Bahan Kering

Susu yang dikeringkan pada suhu tertentu, suhu yang tidak stabil, akan mengakibatkan kadar bahan kering susu tersebut tidak konstan. (Mozes. R.1977)

Pengukuran Kadar Lemak dengan Metode Gerber

Air susu dihasilkan melalui suatu proses sekretorit sejati. Bagian awal air susu sapi pada suatu pemerahan mengandung lemak dalam kadar rendah, kira-kira 1%. (Mozes.R.T. 1986)
Susu terdiri dari air dan bahan kering. Bahan kering terdiri dari bahan kering tanpa lemak, lemak, protein, laktosa, mineral-mineral, dan vitamin. (Girisonta. 1980)

Pengukuran Kadar Protein

Susu mempunyai kolostrum yang terdiri dari protein dan lemak, yang mengandung bahan – bahan anti bodi yang melindungi ketahanan tubuh terhadap penyakit. ( Ida bagus. D. 1993 )



MATERI DAN METODA


Waktu dan Tempat

Praktikum Produksi Ternak Perah dilaksanakan pada tanggal 6 November 2010, pada pukul 14.00 s/d selesai di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

            Materi

Pengukuran Berat Jenis
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah susu, laktodensimeter, termometer, gelas ukur 100 ml dan 250 ml, labu erlenmeyer 250 ml dan 500 ml.

Pengukuran Kadar Bahan Kering
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah timbangan analitik skala 0,1 mg, oven temperatur 1020C, eksikator, cawan gelas dengan penutup diameter 5 cm dan susu

Pengukuran Kadar Lemak dengan Meode Gerber
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah H2SO4 pekat (91-92%), amil akohol, butyrometer, pipet otomat 1 ml ± 0,05 ml dan 10 ml, pipet khusus susu (0,75 ml, sentrifus, penangas air dan susu.

Pengukuran Kadar Protein
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini dengan metodi titrasi formal adalah : larutan NaOH 0,1 N, kalium Oksalat, formalin 35%, Phenopthalein (PP) 2%, Cobalt Sulfat (COSO4­. 7H2O), Rosanilin Klorida 0,01%, aquadest, pipet 1 ml dan 25 ml, labu erlenmeyer, gelas becker 250 ml, buiret dan susu
Metoda

Pengukuran kadar berat jenis metodanya adalah sampel susu dihomogenkan dan cara memindahkannya dari satu erlenmeyer ke erlenmeyer yang lain secara berulang-ulang. Kemudian secara hati-hati sampel susu dituangkan kedalam gelas ukur melalui dindingnya agar tidak berbentuk buih. Laktodensimeter dicelupkan kedalam sampel susu secara perlahan-lahan, biarkan timbul dan ditunggu sampai Laktodensimeter berhenti bergerak, lalu baca skala yang tertera. Kemudian ukur suhu sampel susu dengan termometer, ulangi prosedur diatas tersebut 2-3 kali, angka yang diperoleh lalu dirata-ratakan. Cara menghitung sampel usu dengan :
BJ =
Pengukuran kadar bahan kering metodanya adalah keringkan cawan dan tutupnya dalam oven (1020C) selama 10 menit. Setelah itu masukkan cawan dalam eksikator sampai suhunya sama dengan suhu kamar. Timbang cawan beserta tutupnya. Masukkan 3 ml sampel susu kedalam cawan timbang kembali cawan yang berisi sampel beserta tutupnya. Masukkan cawan kedalam oven (1020C ± 20C) dan letakkan tutup cawan disamping cawan. Biarkan selama 1 jam. Setelah keluar dari oven masukkan cawan kedalam eksikator setelah cawan dingin, timbanglah cawan beserta tutupnya. Masukkan kembali cawan beserta tutupnya masukkan kembali cawan kedalam oven, keringkan selama 1 jam. Setelah itu dimasukkan kembali kedalam eksikator sampai dingin. Timbang kembali cawan tersebut. Lakukan prosedur tersebut sampai tercapai berat konstan. Perhitungannya :
Kadar Bahan Kering (7o) =
Pengukuran kadar lemak metodanya adalah masukkan 10 ml H2SO4 pekat (dengan pipet otomat 10 ml) kedalam butyrometer. Melalui dinding butyrometer masukkan 10,75 ml sampel secara hati-hati dan 1 ml amil alkohol. Butyrometer disumbat sampai rata, kemudian dikocok dengan arah angka 8 selama 3-5 menit. Setelah terbentuk warna ungu tua sampai kecoklatan, masukkan butyrometer kedalam sentrifus selama 5 menit. Kemudian masukkan butyrometer kedalam penangas air dengan suhu 650C selama 5 menit. Setelah itu baca skala yang tertera pada butyrometer, skala tersebut menunjukkan persentase kadar lemak.
Pengukuran kadar protein metodanya adalah masukkan 10 ml susu ke dalam erlemeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml aquadest beserta 0,4 ml larutan kalium oksalat jenuh dan 1 ml phenopthalein 2%. Diamkan selama 2 menit. Titrasi campuran diatas dengan NaOH 0,1 N sampai mencapai warna standar dibawah ini atau warna merah muda. Setelah warna tercapai tambahkan 2 ml larutan formalin dan titrasi kembali dengan NaOH sampai watrna standar tercapai lagi.  Buatlah titrasi blanko yang terdiri dari : 20 ml aquadest + 0,4 ml larutan kalium oksalat jenuh + 1 ml indikator phenopthalin + 2 ml larutan formalin dan titrasi dengan larutan NaOh, titrasi terkoreksi (formol) yaitu titrasi kedua kurangi titrasi blanko. Faktor untuk susu adalah 1,83 untuk casein 1,63.
Kadar protein (%) = titrasi formol x faktor 1,83
Kadar casein (%) = titrasi formol x faktor 1,63
Kadar N (%) =





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



Pengukuran Berat Jenis

Setelah melakukan semua prosedur kerja pengukuran berat jenis didapat hasil sebagai berikut :
  1. berat jenis I     = 1,027
  2. berat jenis II    = 1,027
  3. berat jenis III  = 1.027
1,027 + 1,027 + 1,027  =  1,027
                  3
Jadi rata-rata berat jenis susu yang kami dapat dalam praktikum ini adalah 1,027
Susu didefenisikan sebagai suatu yang tidak dikurangi atau ditambahkan sesuatu apapun pada komponennya. (Siregar, R.S. 1994). Metode pengukuran berat jenis bertujuan untuk melihat keadaan kadar berat jenis dalam susu. (Wiliam.G. 1993)


Pengukusan Kadar Bahan Kering

Dari praktikum ini di dapat G1 ( berat cawan ) adalah 14,63, sedangkan berat cawan ditambah sample (G2) adalah 16,59, dan berat cawan dengan bahan kering (G3) adalah 14,879. Jadi :
  1. G1 = 14,63
  2. G2 = 16,59
  3. G3 = 14,879

Untuk mencari kadar bahan kering menggunakan rumus kadar bahan kering yaitu:
Kadar bahan kering (%) = (G3 + G1) X 100
                                           (G2 + G1)
                                       = (17,57 - 14,70) X 100
                                          (17,99 - 14,70)
                                       = 2.87 X 100
                                          3,29
                                       = 8,72%
Jadi kadar bahan kering pada susu yang kami dapat pada saat praktikum adalah 8,72 %.


Pengukuran Kadar Lemak dengan Metode Gerber

Hasilnya adalah batas antara lemak (cairan jernih) dengan campuran (Ungu-cokelat) terdapat batasan. Air susu dihasilkan melalui proses sekreturit sejati. Bagian awal air susu sapi pada suatu pemerahan mengandung lemak kadar rendah, kira-kira 1% (Mozes.R.T. 1986). Susu terdiri dari air dan bahan kering terdiri dari bahan kering tanpa lemak, lemak, proein, laktosa, mineral-mineral, dan vitamin. (Girisonta. 1980)


Pengukusan Kadar protein

Dengan metode titrasi formol hasilnya adalah :
Titrasi formol  = 0,55 – 0,05
                        = 0,5 ml
Kadar protein(%)        = 0,05 x 1,83
                                    = 0,915 ml
Kadar casein (%)         = 0,5 x 1,63
                                    = 0,815 ml

Jadi kadar formol = 0,5 ml, kadar protein = 0,915 ml, dan kadar casein = 0,815 ml, susu mempunyai kolostrum yang terdiri dari protein dan lemak, yang mengandung bahan-bahan antibodi yang melindungi ketahanan tubuh terhadap penyakit. (Ida Bagus.D. 1993)
Susu ditambahkan dengan aquadest ditambahkan kalium oksalat ditambahkan phenolepthaline warna tetap, dititrasikam lalu ditambah NaOH 0,1 N menjadi merah muda ditambahkan titrasi NaOH menjadi warna agak merah muda.
























KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Dari praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan komposisi susu dapat diketahui dari perhitungan kadar berat jenis, bahan kering, pengukuran kadar lemak, pengukuran kadar protein.


Saran

Dari praktikum yang dilaksanakan diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat dan dikembangkan dalam bentuk tulisan sebagai bahan perbandingan dan acuan untuk perbaikan yang akan datang.
















DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagus.D. 1993. Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

Girisonta, 1980. Beternak Sapi Perah. Penerbit Kanisus. Yogyakarta.

Mozes. R.T. 1986. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

William.G. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Madha University Press. Yogyakarta.

Mozes.R. 1977. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Siregar.R.S. 1994. Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.






























DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR ISI
I.       PENDAHULUAN
            Latar Belakang
            Tujuan dan Manfaat
II.    TINJAUAN PUSTAKA
III. MATERI DAN METODA
            Waktu dan Tempat
            Bahan dan alat
            Cara Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V.    PENUTUP
            Kesimpulan
            Saran
DAFTAR PUSTAKA














LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM
PRODUKSI TERNAK PERAH

PEMERIKSAAN KOMPOSISI SUSU