Jumat, 18 November 2011

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM INDUSTRI MAKANAN TERNAK TEST SEKAM


PENDAHULUAN




Latar Belakang


         Dedak merupakan hasil ikutan padi, yang berasal dari proses penggilingan padi. Dedak padi banyak  mengandung serat kasar untuk itu harus di batasi dalam penggunaan ransum terna, karena dapat menggangu pertumbuhan ternak sendiri. Dedak mempunyai kualitas yang berbeda-beda. Karena pada saat proses penggilingan padi di lakukan secara berbeda-beda dan pada tempat yang beda pula.
         Dedak padi terdiri dari kulit ari, menir dan sekam. Jumlah sekam dalam dedak padi sangat mempengaruhi kualitas dedak. Jika dedak padi dengan  kandungan  sekam yang tinggi mempunyai kualitas nutrisi yang rendah. Sedangkan dedak padi dengan kandungan sekam rendah mempunyai kualitas yang tinggi.
         Cara yang di gunakan untuk mengetes kualitas sekam menggunakan larutan phloroglucinol 1%. Sekam yang terdapat pada dedak akan berwarna merah jika terendam dalam larutan phloriglucinol 1%, dan sebaran warna merah menandakan kadar sekam.



Tujuan Dan Manfaat


         Tujuan dari praktikum test skam ini adalah untuk mengetahui kualitas dedak dan mengetahui kadar sekam dalam dedak padi.   

         Manfaat dari praktikum ini yaitu dengan adanya test ini kita mengetahui dedak seperti apa yang mempunyai kualitas tinggi dan mempunyai kadar sekam yang rendah.

TINJAUAN PUSTAKA




         Anggorodi, 2000. Yang menyatakan bahwa dedak padi yang berkualitas tinggi mempunyai kandungan sekam lebih rendah, sedangkan dedak padi yang mengandung kadar sekam tinggi mempunyai nilai nutrisi yang rendah. 
         Parning, 2000. Yang menyatakan bahwa dedak padi yang mempunyai kadar sekam tinggi harus di batasi pemberianya pada ternak, karena bahan tersebut mengandung serat kasar yang tinggi yang sulit di cerna oleh ternak, seperti ternak unggas. Jika pemberiannya berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan ayam, efisiensi penggunaan ransum, mengganggu keseimbangan Ca dan P dan mengganggu penampilan pada ternak.
          Rasyaf , 2002 yang menyatakan bahwa dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti baunya tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah di genggam karena mengandung kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi.
         Anton, 2000. Yang menyatakan bahwa test sekam dapat di lakukan di laboratorium menggunakan larutan phloroglucinol 1%, sekam akan berwarna merah jika terendam dengan larutan tersebut dan sebaran warna merah menandakan kadar sekam.
         Siregar,2000. Yang menyatakan bahwa dedak padi atau bahan baku lainnya yang mempunyai kualitas tinggi akan di olah seperti apasaja akan menghasilkan produk yang berkualitas pula, atau bahan baku tersebut di berikan secara langsung pada ternak tanpa di olah terlebih dahulu maka ternak akan menyerap dan memanfaatkan nutrisi tersebut.       








MATERI DAN METODE




Waktu dan Tempat


         Praktikum Industri Makanan Ternak dilaksanakan pada pukul 14.00 WIB. Pada jumat 29 april  2011. di Laboratoium Industri Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.



Materi


         Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Test Skam ini adalah ayakan mesh 40, timbangan, cawan petri, spuilt plastik, dedak padi, larutan phloroglucinol, HCL pekat, Etanol dan Aquades.  



Metode


         Adapun cara kerja dalam praktikum Test skam dengan larutan phloroglucinol adalah siapkan sampel standar  sekam 10%, 15%, 20%, timbang masing-masing 1 gr. Siapkan sampel dedak padi sebanyak 1gr, letakkan dalam cawan petri secara merata, dalam waktu hampir bersamaan masing-masing sampel di beri larutan phlorogluciol 1% dengan spuilt sebanyak 5ml, goyang cawan hingga sampel tercampur, tunggu 10 menit amati warnanya dan bandingkan dengan sampel standar.






HASIL DAN PEMBAHASAN




Pengamatan Test Skam

Kelompok
Kadar sekam
kualitas
1
>20 %
buruk
2
< 20 %, 10 %
bagus
3
>20 %
buruk
4
>20 %
buruk
5
>20 %
buruk
6
>20 %
buruk
7
>20 %
buruk
8
>20 %
buruk

         Dari data di atas di ketahui bahwa dedak padi tersebut mempunyai kualitas yang jelek karena banyak mengandung sekam padi. Banyaknya kandungan sekam padi yang terdapat pada dedak padi dapat mengakibatkan menurunnya kandungan nutrsisi  dalam bahan tersebut. Dalam pemberian pada ternak harus di batasi karena dedak padi ini banyak mengandung sekam, sekam merupakan serat kasar yang sulit di cerna oleh ternak, apalagi sejenis ternak unggas. Jika di berikan berlebihan maka dapat berakibat buruk pada ternak seperti gangguan pertumbuhan dan mengganggu keseimbangan Ca dan P. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi, 2000. Yang menyatakan bahwa dedak padi yang berkualitas tinggi mempunyai kandungan sekam lebih rendah, sedangkan dedak padi yang mengandung kadar sekam tinggi mempunyai nilai nutrisi yang rendah.  Yang di perkuat oleh pernyataan  Parning, 2000. Yang menyatakan bahwa dedak padi yang mempunyai kadar sekam tinggi harus di batasi pemberianya pada ternak, karena bahan tersebut mengandung serat kasar yang tinggi yang sulit di cerna oleh ternak, seperti ternak unggas. Jika pemberiannya berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan ayam, efisiensi penggunaan ransum, mengganggu keseimbangan Ca dan P dan mengganggu penampilan pada ternak. Pada saat membeli dedak sebaiknya harus teliti, untuk memeriksa kualitas dedak tersebut dapat di lakukan secara fisik, seperti aroma atau bau dari dedak, tekstur, kepadatanya. Dedak padi yang mempunyai kualitas baik baunya tidak tengik, teksturnya lembut dan dia juga padat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf , 2002 yang menyatakan bahwa dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti baunya tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah di genggam karena mengandung kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi.
         Meskipun pada sat membeli dedak kita sudah memeriksanya secara fisuk dan hasilnya bagus, tetapi tidak mengetahui berapa kandungan sekam yang ada pada dedak padi, untuk itu perlu di analisis/di periksa di laboratorium. Untuk mengetahui besarnya kadar sekam pada dedak padi dapat melakukan test sekam dengan larutan phloroglucinol 1%. Jika larutan ini di campurkan dengan dedak padi maka sekamnya akan berwarna merah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anton, 2000. Yang menyatakan bahwa test sekam dapat di lakukan di laboratorium menggunakan larutan phloroglucinol 1%, sekam akan berwarna merah jika terendam dengan larutan tersebut dan sebaran warna merah menandakan kadar sekam.
         Dedak padi yang kita peroleh mempunyai kualitas yang baik maka ternak yang mengkonsumsi bahan tersebut juga dapat memanfaatkan nutrisi yang terdapat pada bahan tersebut, atau jika kita ingin mengolah bahan tersebut di industri makanan ternak maka produk yang kita peroleh juga berkualitas tinggi, artinya diolah seperti apa saja hasilnya akan tetap baik jika bahan baku yang di gunakan mempunyai kualitas yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar,2000. Yang menyatakan bahwa dedak padi atau bahan baku lainnya yang mempunyai kualitas tinggi akan di olah seperti apasaja akan menghasilkan produk yang berkualitas pula, atau bahan baku tersebut di berikan secara langsung pada ternak tanpa di olah terlebih dahulu maka ternak akan menyerap dan memanfaatkan nutrisi tersebut.         


KESIMPULAN DAN SARAN




Kesimpulan


         Test skam merupakan hal yang penting di lakukan karena dapat menilai kualitas dari dedak padi, kualitas yang baik adalah 10%. Semakin sedikit kandungan sekam dalam dedak padi maka kualitas dari dedak padi semakin baik, test sekam dapat di lakukan dengan larutan phloroglucinol 1%, jika dedak tersebut berwarna merah maka kandungan sekamnya tinggi.   



Saran


         Dengan adanya praktikum ini kita mengetahui dedak yang seperti apa yang mempunyai kualitas yang baik, dan harus hati-hati dalam memilih bahan baku yang akan di jadikan pakan ternak.















DAFTAR PUSTAKA



Anggorodi. 2000. Ilmu Makanan ternak Umum. Gramedia. Jakarta
Anton. 2000. Industri Makanan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Parning, M. 2000.Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Yudistira. Jakarta
Rasyaf, M. 2002. Beternak Unggas Komersil. Penerbit Kasinus. Jakarta
Siregar. 2001. Ilmu Gizi Komparatif. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

1 komentar: