Jumat, 18 November 2011

LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM DASAR KESEHATAN TERNAK


KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan mingguan praktikum Dasar Kesehatan Ternak tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar dan para asisten dosen Dasar Kesehatan Ternak yang telah memberikan materi dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca dan asisten dosen yang sifatnya membangun dan bermanfaat bagi penulis untuk pembuatan laporan yang akan datang. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
















PENDAHULUAN



Latar Belakang

            Mata kuliah dasar kesehatan ternak adalah salah satu mata kuliah wajib,  sehingga diperlukan praktikum untuk penerapannya agar dapat mengaplikasikannya dimasyarakat kelak. Mata kulia dasar kesehatan ternak adalah  mata kuliah yang sangat menarik dan bagus untuk dipelajari dan memahaminya sehingga kita dapat mengetahui bagaimana tentang keseshatan ternak.
Adapun  yang menjadi latar belakang dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dan mahasiswi dapat mengetahui bagaiman cara-cara memeriksa telur cacing pada ternak, dapat mngetahui bagaimana cara sanitasi dan desinfeksi ternak, pemeriksaan ternak secara umum, penyakit endoparasit dan ektoparasit pada ternak, koleksi dan identifikasi ektoparasit ternak, vaksinasi ternak, serta pengambilan dan pengiriman spesimen ternak, dan sebagai salah satu syarat untuk melakukan ujian semester.

Tujuan dan Manfaat

            Adapun tujuan praktikum dasar kesehatan ternak adalah agar mahasiswa/mahasiswi dapat mngetahui bagaimana cara sanitasi dan desinfeksi ternak, pemeriksaan ternak secara umum, penyakit endoparasit dan ektoparasit pada ternak, koleksi dan identifikasi ektoparasit ternak, vaksinasi ternak, serta pengambilan dan pengiriman spesimen ternak.
            Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum dasar kesehatan ternak adalah mahasiswa/mahasiswi dapat mangetahui bagaimana cara menerapkannya dan melakukannya dimasyarakat dan untuk bekal dikemudian hari nanti.


MATERI DAN METODA



Waktu dan Tempat

            Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum dasar kesehatan ternak adalah bertempat di Laboratorim Fakultas Peternakan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai.

Materi

            Adapun materi yang digunakan pada praktikum dasar kesehata ternak kali ini adalah objek glass, cover glass, feses, cawan petri, centrifuge, larutan gula sheater, NaCl jenuh, larutan garam jenuh, aquades, garam, tabung reaksi, 1 pasang ayam buras,1 pasang itik, 1 pasang entok, 1 ekor ayam petelur, es batu, suntikan plastik, botol, formalin 10%, pisau, gunting, tali, karter, feses, cawan petri, centrifuge, mikroskop, larutan gula sheater, NaCl jenuh, larutan garam jenuh, garam, tabung reaksi, Sapi, Kambing, Domba, dan bahan pakan ternak. Sedangkan alat-alat yang digunakan stetoskop, thermometer, stopwatch, buku, pena, mikrosko, pensil, buku, lalat, caplak, kutu ayam, kutu kucing, kutu kambing, kutu domba, caplak domba, caplak kambing, kutu sapi, kutu anjing, alkohol, dan botol plastik film, cotton swab, jaring, pinset, scalpel, sabun/antiseptik, alat penyemprot, dan desinfektan.

Metoda

“Penyakit Endoparasit”
Cacing
            Adapun yang menjadi metoda dalam praktikum kali ini adalah ada tiga metode yang digunakan yaitu  metode natif adalah feses diletakkan di atas gelas objek, ditambah satu tetes air, setelah itu dicampur, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa dibawah mikroskop.
            Metoda shetaer adalah timbang 1 gram feses sapi yang masih segar, masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan gula shetaer, dicampur hingga merata dan disentrifuge selam 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm, setelah disentrifug atambahkan larutan gula shetaer sampai penuh, tempelkan cover glass tepat pad bibir tabung sentrifug selama 5 menit, angkat cover glass perlahan-lahan dan letakkan diatas objek glass, kemudian periksa dengan menggunakan perbesaran 10 × 10 atau 10 × 40, hitung total telur per gram (TTGF).
            Metoda apung (dengan NaCl jenuh) adalah ambil 5 gram feses masukkan dalam tabung sentrifug, tambahkan air sampai 2/3 tabung dan aduk, biarkan selama 5 menit, air beserta bahan yang terapung dibuang dengan hati-hati, tambahkan air lagi 2/3 tabung dan di aduk, sentrifug selam 10 menit dengan kecepatan 5000 rpm, cairan di buang dengan hati-hati, tambahkan NaCl jenuh 2/3 tabung, sentrifug lagi selama 10 menit, tabung di ambil dan diletakkan berdiri pada rak tabung, kemudian tambahkan NaCl jenuh lagi sampai permukaannya cembung, setelah iu biarkan selam 5 menit cairan yang cembung dalam tabung sentrifug tersebut ditempel dengan glass objek, cairan yang menempel pada glass objek diperiksa dibawah mikroskop, cocokan hasil yang dilihat dibawah mikroskop dengangambar yang ada.

Protozoa
Adapun metoda yang digunakan pada praktikum kali ini adalah feses segar diambil dari rektum ternak sapi, domba, atau kambing kemudian feses yang diperoleh dicampur dengan kalium bicromat 2,5% kemudian feses yang telah dicampur dengan kalium bicromat diletakkan dalam cawan petri berupa lapisan tipis kemudian dibiarkan pada suhu kamar sampai beberapa hari (4-7 hari) kemudian pemeriksaan adanya ookista pada sampel menggunakan metode apung.
“Vaksinasi ”

AI(Afian Influenza)
Adapun cara yang digunakan pada praktikum vaksinasi avianin fluenza(flu burung) adalah suntikan vaksin dibawah kulit pada bawah kulit pada pangkal leher atau kedalam urat daging/otot dada dosis : anak ayam umur 4-21 hari = 0,2 ml dan ayam umur diatas 21 hari = 0,5 ml.

Vaksinasi ND
Terlebih dahulu vaksin ND strain La-sota dilarutkan dengan aquadestilata 50 dosis, setelah vaksin sudah tercampur dengan aquadestilata kemudian dikocok-kocok hingga merata lalu didiamkan sebentar dalam tempat dengan suhu rendah(dalam batu es). Setelah itu vaksin diambil dengan menggunakan squit sebanyak 1 ml dan diinjeksikan kepada ayam broiler tepatnya pada bagian otot dada.
“Sanitasi dan Desinfeksi”

Adapun yang menjadi metoda dalam praktikum kali ini adalah bersihkan kandang, lantai kandang dan tempat pakan dengan menggunakan air yang ada kemudian bersihkan sapi dengan menggunakan sikat yang lembut dan lanjutkan dengan membersihkan dengan detergen, sabun detol atau sabun yang lain kemudian lakukan desifektan dengan cara menyemprotkan.

“Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit”

Adapun metoda yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pertama-tama kita ambil kutu/caplak yang ada pada anjing, kucing, sapi, kambing, ayam, dan domba, kemudian dimasukkan kedalam botol film yang bersisi alkohol setelah itu kita amati dibawah mikroskop untuk ukuran kutu/caplak yang kecil kemudian digambar dan dibuat sistematikanya sedangkan yang berukuran besar atau yang dapat dilihat dengan mata dapat langsung digambar dan dibuat sistematikanya.

“Pemeriksaan Ternak Secara Umum”
Kulit
       Ternak yang sehat,menunjukkan kulit bersih, bulu halus mengkilat, bulu tidak berdiri. Turgor kulit dapat dilihat dengan cara mencubit dan angkat kulit lepaskan, jika kulit segera kembali berarti normal, tetapi jika tidak berarti tidak normal.
       Lesi atau jejas diidentifikasi bentuk,warna,ukuran,distribusi pada tubuh,eksudat yang keluar mungkin disebabkan luka.
Pernapasan
       Tipe pernapasan pada hewan yang sehat adalah thorakoabdominal, cara bernafas menunjukkan adanya gangguan pada organ yang terkait dengan sistim pernafasan. Selain itu juga diperiksa cermin hidung.
Sirkulasi
       System sirkulasi adalah sisitim yang sangat penting. Denyut jantung dapat diraba kekuataan-nya. Dengan cara mendengarkan denyut jantung dinding dada disebelah perut sebelah kiri dengan menggunakan stetoskop.
Pencernaan
       Dengan cara pengambil makanan ,cara menguyah. Tonus lambung dapat diamati dengan menekan bagian rumen  atau dinding abdomen sebelah kiri,jika ada respaon mengembalikan tekanan, ini berarti normal.
       Pada feces tanda normal yaitu feces lembek sebagai tanda peristaltic usus meningkat, feces keras sebagai tanda peristaltic usus menurun.
Urogenital
       Cara kencing ternak yang normal sesuai dengan anatominya. Warna  dan kekeruhan urin merupakan indicator yang tak normalnya suatu urin.
Gerak
       Gerakan reflek diketahui dengan memberikan kejutan, jika ada reaksi berarti ternak tersebut normal.

 “Pengambilan Dan Pengiriman Spesimen”

Adapun metoda yang digunakan pada teknik pengambilan spesimen adalah dengan mengambil organ-organ dari hewan yang akan diuji kemudian dipotong 5-10 cm dan dimasukkan kedalam botol yang berisi formalin 10 %.



HASIL DAN PEMBAHASAN



“Penyakit Endoparasit”
Cacing
            Adapun hasil yang diperoleh pada pemeriksaan telur cacing dengan menggunakan metode natif adalah telur cacing Fischoederius cobboldi.
            Phylum            : Nemathelmites
            Ordo                : Rhabditida
            Family             : Fischoedeae
            Genus              : Fischoederius
            Species            : Fischoederius cobboldi
            Fischoederius cobboldi ini terdapat pada feses sapi dengan pemeriksaan telur cacing dengan metoda natif untuk mengetahui apakah sapi tersebut terdapat/terkena cacingan. Hal ini di ungkapkan oleh Levine (1995) yang menyatakan bahwa Fischoederius cobboldi ini biasa terdapat dalam usus besar sapi dan halus sapi yang dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, penurunan bobot badan, dan daya tahan tubuh.
            Sedangkan menurut Jamilah (2000) yang menyatakan bahwa  Fischoederius cobboldi ini dapat menyebabkan daya tahan ternak menurun dan mengganggu pertumbuhan dari ternak, bentuk dari telur cacing ini bulat lonjong dan lapisan diluarnya.
            Adapun hasil yang diperoleh pada pemeriksaan telur cacing dengan menggunakan metode shetear adalah telur cacing Schistoma bovis.
            Phylum            : Trematoda
            Ordo                : Diagenea
            Family             : Schistosoma bovidae
            Genus              : Schistoma
            Species            : Schistoma bovis
            Schistoma bovis ini bisa juga menjangkit ternak sapi yang terdapat pada kadang atau padang pengembalaan dan gejala klinisnya baru akan tampak bila banyak oocyst yang tertelan oleh ternak hal ini di ungkapkan oleh Arifin (1982). Sedangkan menurut Dirkeswan (1980) yang menyatakan bahwa cacing Schistoma bovis ini meletakka telurnya pada saluran pencernaan sapi dengan sendirinya akan terbawa keluar bersamaan dengan ternak membuang fesesnya.
            Adapun hasil yang diperoleh pada pemeriksaan telur cacing denga menggunakan metode apung (dengan NaCl jenuh) adalah telur cacing Carmerius spatiosus.
            Phylum            : Nemathelmites
            Ordo                : Rhabditida
            Family             : Fischoederius
            Genus              : Carmerius
            Species            : Carmerius spatiosus
Carmerius spatiosus ini adalah salah satu dari banyak cacing yang terdapat dalam saluran pencernaan sapi atau yang dapat menyerang sapi. Menurut yang dinyatakan oleh Subronto (1985) yang menyatkan bahwa jumlah, ukuran, prilaku, dan daur hidup Carmerius spatiosus ini tergantung pada iklim, musim, dan lokasi geografis.
            Sedangkan yang dinyatakan oleh Lapage (1956) yang menyatakan bahwa Carmerius spatiosus ini adalah salah satu cacing yang dapat menyarang ternak sapi yang dapat mengakibatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh ternak menjadi menurun.

Protozoa
Adapun hasil yang diperoleh pada pemeriksaan protozoa dengan menggunakan feses kambing adalah terdapat protozoa Eimeiria pallida.
            Phylum            : Protozoa
            Class               : Sporozoa
            Ordo                : Coccidia
            Family             : Eimeriidia
            Genus              : Eimeria
            Species            : Eimeria pallida
            Eimeiria pallida ini sebagaimana yang terdapat pada ternak kambing. Pada domba ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Eimeria pallida ini memiliki ookista sebanyak 3 buah. Hal ini diungkapkan oleh  Levine (1990) yang menyatakan bahwa Eimeria pallida ini biasa terdapat dalam tinja domba dan kambing peliharaan, tidak bersifat pathogen dan ookistanya berbentuk ellipsoid dengan dinding licin berlapis dua dan tidak mempunyai topi micropyle.
            Adapun hasil yang diperoleh pada pemeriksaan protozoa dengan menggunakan feses ayam kampung adalah terdapat protozoa Eimeria necatrix.
Phylum            : Protozoa
            Class               : Sporozoa
            Ordo                : Coccidia
            Family             : Eimeriidia
            Genus              : Eimeria
            Species            : Eimeria necatrix
            Menurut Jamilah (2000) yang menyatakan bahwa Eimeria necatrix ini dapat menyebabkan daya tahan ternak menurun dan mengganggu pertumbuhan dari ternak yang terdapat dalam saluran pencernaan ternaka unggas.
            Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan protozoa dengan menggunakan feses domba adalah terdapat protozoa Eimeria parva.
Phylum            : Protozoa        
            Class               : Sporozoa
            Ordo                : Coccidia
            Family             : Eimeriidia
            Genus              : Eimeria
            Species            : Eimeria parva
            Eimeria parva ini bisa juga menjangkit  ternak kambing atau domba yang terdapat pada kandang atau padang pengembalaan dan gejala klinisnya baru akan tampak bila banyak oocyst yang tertelan oleh ternak hal ini di ungkapkan oleh Arifin (1982).


            Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan protozoa dengan menggunakan feses rusa adalah terdapat protozoa Eimeria intricata.
Phylum            : Protozoa        
            Class               : Sporozoa
            Ordo                : Coccidia
            Family             : Eimeriidia
            Genus              : Eimeria
            Species            : Eimeria intricata
Eimeiria intricata bisa menjangkit ternak rusa, Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Dirkeswan (1980) yang menyatakan bahwa protozoa  Eimeria intricata ini meletakka telurnya pada saluran pencernaan rusa dengan sendirinya akan terbawa keluar bersamaan dengan ternak membuang fesesnya.
Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan protozoa dengan menggunakan feses sapi adalah terdapat protozoa Eimeria curnii.
Phylum            : Protozoa        
            Class               : Sporozoa
            Ordo                : Coccidia
            Family             : Eimeriidia
            Genus              : Eimeria
            Species            : Eimeria curnii

            Eimeria curnii dapat menjangkit ternak sapi hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Lapage (1956) yang menyatakan bahwa Eimeria curnii ini adalah salah satu protozoa yang dapat menyerang ternak sapi, yang dapat mengakibatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh ternak menjadi menurun.
Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan protozoa dengan menggunakan feses ayam broiler adalah terdapat protozoa Eimeria acervulina.
Phylum            : Protozoa        
            Class               : Sporozoa
            Ordo                : Coccidia
            Family             : Eimeriidia
            Genus              : Eimeria
            Species            : Eimeria acervulina
Eimeria ini banyak terdapat difeses unggas. Ia berkembang biasanya pada tubuh ternak. Eimeria ini biasanya keluar melalui feses ayam. Hal ini diungkapkan oleh Whitfield (1979) yang menyatakan bahwa protozoa Eimeria acervulina meletakan telur pada saluran empedu dengan sendirinya akan terbawa keluar bersama kotoran ternak. Sedangkan menurut Wardianto (1989) yang mengutarakan bahwa jumlah, ukuran, perilaku, daur hidup, dan rekasi setiap perilaku parasit terhadap hopesnya ditentukan umur. Jenis kelamin dan ukuran besarnya hopes oleh organisasi komonitasnya, oleh kemampuan daya tahan yang diwarisinya. Oleh pengalaman yang sebelumnya dengan parasit yang bersangkutan, beratnya infeksi awal karena kehadiran spesies lain, iklim, musim dan lokasi geografis.

“Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit”

Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini yang mengenai Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit adalah sebagai berikut :
Kutu domba
Kalsifikasi
Phylum   : Arthropoda
Class       : Insecta
Ordo        : Malhopaga
Family     : Sarchoptidoe
Genus      : Sarchoptes
Species    : Sarchoptes scabies
Kutu yang di dapat pada domba adalah Sarchoptes scabies Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Snow (1971) yang menyatakan bahwa Sarchoptes scabies terdapat pada domba yang sifatnya sangat merugikan bagi ternak domba dan merupakan salah satu serangga yang tidak bersayap yang hidupnya pada kulit ternak domba.
Kutu kucing
Kalsifikasi
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Anoplura
Family             : Ischonociradae
Genus              : Ischonocerae
Species            : Neolinog nathus 
            Neolinog nathus  adalah jenis kutu yang terdapat pada kucing yang sifatnya merugikan hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Welser (1977) yang menyatakan bahwa Neolinog nathus  adalah jenis kutu yang merugikan bagi ternak kucing yang hidupnya dikulit kucing.
Kutu anjing
Kalsifikasi
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Malophaga
Family             : Dipilideae
Genus              : Dipilidium
Species            : Dhipilidium caninum  
            Dhipilidium caninum   adalah jenis endoparasit yang terdapat pada anjing yang sifatnya merugikan bagi ternak anjing hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arthur (1976) yang menyatakan bahwa Dhipilidium caninum   adalah jenis endoparasit yang merugiakan bagi ternak anjing yang hidup pada kulit ternak anjing dan termasuk kepada phylum Arthropoda.
Kutu ayam
Kalsifikasi
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Malophaga
Family             : Eomonocaanthus
Genus              : Eomonecaanthus
Species            : Eomonecaanthus sp
Kutu ayam yang ditemukan adalah Eomonecaanthus sp yang berbentuk serangga kecil hal ini sesuai sengan yang dinyatakan oleh Wilde (1978) yang menyatakan bahwa  Eomonecaanthus sp berbentuk serangga kecil yang dapat merusak kulit dan bulu dari ternak ayam.
Kutu sapi
Kalsifikasi
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Malophaga
Family             : Damalideae
Genus              : Damalinia
Species            : Damalinia bovis
Kutu yang didapat pada praktikum ini adalah Damalinia bovis yang hidup parasit diluar tubuh sapi yang sifatnya merugikan hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hoogstraal (1978) yang menyatakan bahwa Damalinia bovis adalah jenis kutu sapi yang sangat merugikan bagi ternak yang termasuk dalam ordo Anoplura (kutu penghisap darah).
Caplak domba
Kalsifikasi
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Ixodorina
Family             : Anblyeomideae
Genus              : Amblyomina
Species            : Amblyomma hebraeum
Caplak kambing
Kalsifikasi
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Ixodorina
Family             : Anblyeomideae
Genus              : Amblyomina
Species            : Amblyoma cayannenses
Caplak kambing yaitu Amblyoma cananenses dan domba yaitu Amblyoma heboeaum yang memiliki klasifikasi  hampir sama hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arthur (1976) yang menyatakan bahwa klasifikasi caplak antara kambing dan dombab memiliki kesamaan kecuali spesies nya yang berbeda yang pada dasarnya caplak sangat merugikan bagi ternak itu sendiri.
            Caplak sapi
Kalsifikasi
Phylum            : Arthropoda
Class               : Insecta
Ordo                : Ixodorina
Family             : Ripicedeae
Genus              : Rhipicephalus 
Species            : Rhipicephalus  evertsi
Caplak yang ditemukan pada sapi waktu pengamatan adalah Rhipicephalus  evertsi adalah jenis caplak keras dan sangat merugikan bagi ternak hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Whitfield (1979) yang menyatakan bahwa caplak Rhipicephalus  evertsi adalah jenis caplak keras yang sangat merugikan bagi ternak dan dapat membuat kulit ternak menjadi rusak akibat gigitan caplak ini.

“Vaksinasi ”
AI(Afian Influenza)
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah bahwa vaksinasi sangat penting dilakukan pada ternak karena dapat meningkatkan kekebalan tubuh ayam terhadap serangan bibit penyakit, vaksin yang dilakukan pada praktikum ini adalah vaksin AI yang dilakukan pada ayama dengan cara menyuntikkan vaksin dibawah kulit pada pangkal leher, vaksin ini dilakukan agar bibit penyakit tidak menular pada ternak yang lain.
Menurut Ruhayat (2005), Menyatakan bahwa bibit penyakit yang telah dilemahkan kemudian dimasukkan kedalam tubuh ternak dalam rangka memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu.Vaksin mngandung mikroorganisme yang telah mati kemampuan daya tahan tubuh lebih tinggi dibandingkan sejenis bakteri yang mikroorganisme.
Menurut AAK,(1979) menyatakan bahwa vaksin digunakan untuk semua penyakit menular yang sering menimbulkan wabah penyakit, sedangkan yang dinyatakan oleh Subroto (1993)bahwa ayam yang berumur 4-21 hari diberikan vaksinasi maka kekebalan tubuh akan lebih baik jika diberikan pada ayam yang berumur di atas 21 hari. 
Menurut Soejono dan Hardharyani,(2005) menyatakan bahwa flu burung adalah penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau dan manusia, sedangkan yang dinyatakan oleh Subroto (1993) bahwa virus influenza(flu burung) tipe A memiliki beberapa subtipe yang dicirikan dari adanya Hemagglutinin(H) dan Neuramidase(N). Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.

Vaksinasi New Castle Disease (ND)
Pada vaksinasi New Castle Disease(ND) dilakukan pada ayam broiler umur diatas 21 hari dan menggunakan vaksin ND strain La-sota, ayam broiler disuntikkan vaksin La-sota sebanyak 1 ml tepat pada bagian otot dada, setelah semua vaksin masuk kedalam otot kemudian kulit ayam di elus-elus, dan setelah itu ayam dilepaskan dan ayam pun beraktivitas seperti biasanya.
Penyakit ND merupakan penyakit pernafasan yang dsebabkan oleh virus yang besar pengaruhnya terhadap sistem syaraf, penyakit ND memiliki tingkat mordibilitas dan mortalitas yang tinggi, dapat terjadi pada setiap umur ayam dan pada setiap saat, gangguan sistem syaraf ditujukan dengan kepala yang berputar-putar dan berjalan berputar-putar. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad Rasyaf, (2001) yang menyatakan bahwa ND merupakan penyakit yang dapat menyerang semua jenis unggas pada anak atau remaja, jika terserang bisa menimbulkan kematian, dengan tanda kepala atas terkulak, sayap terkulai, mata sayu, serta tidak aktif.
Gejala-gejala unggas yang terserang ND dipertegas oleh Edjeng Suprijatna, (2005) yang menyatakan bahwa gejala yang sering ditimbulkan adalah terjadi gangguan syaraf, nafsu makan berkurang, sayap terkulai, jalan diseret dan kepala berputar-putar sedangkan ayam yang sedang berproduksi, produksi telur menurun drastis dan kadang-kadang kerabang menjadi lunak.
Vaksin ND dilapangan ada 2 strain, yaitu vaksin ND strain B1 (Hitcner) untuk ayam umur 1-4 hari dan vaksin Strain La-sota untuk ayam lebih dari 21 hari. Menurut Nugroho, (1989) menyatakan bahwa strain vaksin ND banyak, tetapi tidak semua dapat dijumpai di Indonesia, yang dapat dijumpai beredar di Indonesia adalah vaksin in aktif, vaksin aktif strain lentogenik F B-1 (Hitcner), Lasota, vaksin aktif strain Mesogenik.
Pelaksanaan vaksin ND sangat perlu diperhatikan dari kondisi ternak yang akan di vaksin dan jenis vaksin yang akan digunakan, karena hanya unggas yang dalam kondisi sehat saja yang dapat diberi vaksin dan harus sesuai dengan umur dari unggasnya dengan vaksin yang digunakan. Menurut Wiharto, (1985) menyatakan bahwa untuk memperoleh daya guna dari vaksin denagn sebaik-baiknya maka perlu diperhatikan antara lain:
Ø  Vaksinasi harus dilakukan pada waktunya dan jangan sampai terlambat.
Ø  Vaksin sebelum dipakai harus selalu disimpan pada tempat yang dingan (4 derajat celcius).
“Sanitasi dan Desinfeksi”

Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum kester kali ini adalah bahwa ternak sapi yang dimandikan yaitu “bul” setelah dilakukan sanitasi dan desinfeksi ternak tersebut nampak lebih baik dan serasa nyaman karena parasit yang ada pada ternak tersebut sudah agak berkurang dibanding sebelum dilakukan sanitasi dan desinfeksi. Pada intinya ternak apabila dilakukan sanitasi dan desinfeksi akan terasa lebih nyaman dan lebih baik dibandingkan dengan tidak melakukannya.
             Arifin (1982) menyatakan bahwa sanitasi adalah proses menghilangkan secara fisik bahan biologis atau anorganik pada permukaan banguna atau pada peralatan kandang. Sedangkan yang dinyatakan oleh Dirkeswan (1980) yang menyatakan bahwa desinfektan adalah proses membunuh mikrooganisme patogen pada permukaan bangunan, peralatan, ternak, dan pada bahan biologis.
            Jamilah (2000) menyatakan bahwa antiseptik adalah substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk mencegah pertumbuhan mikrooganisme dengan menghalangi atau merusaknya. Sedangka yang dinyatakan oleh Lapage (1956) yang menyatakan bahwa desinfektan adalah substansi kimia yang digunakan pada benda-benda mati untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi atau merusaknya.

Pemeriksaan Fisik Ternak

Adapun hasil yang diperoleh pada pemeriksaan fisik dari ternak yaitu :
HASIL PEMERIKSAAN FISIK


Hasil


Bulu  dan kulit
Kambing
Domba
Sapi
Rusa

1.
Turgor Kulit
Normal
Normal
Normal
Normal


Bulu
Rontok
Kusam
Normal
Normal


Luka
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak


Lesi / jejas
Tak ada
Tak ada
Tak ada
Tak ada

2.
Pernafasan





a.
Cara bernafas
Normal
Normal
Normal
Normal

b.
Frekuensi





c.
Cermin Hidung
Kering
Kering
Basah
Basah

d.
Eksudat hidung





e.
Batuk
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

3.
Sirkulasi





a.
Denyut jantung
Normal
Normal
Normal
Normal

b.
Frekuensi pulsus





c.
Pendarahan
Tidak
Tidak
Tidak


4.
Pencernaaan



Pakai lidah

a.
Cara mengambil pakan
Pakai mulut
Pakai mulut
Pakai lidah


b.
Cara mengunyah dan menelan



Ada

c.
Tonus lambung
Ada
Ada
Ada


d.
Peristaltic usus



Tak ada

e.
Muntah
Tak ada
Tak ada
Tak ada


f.
Cara buang kotoran





g.
Frekuensi buang feces





h.
Konsistensi kotoran










Sapi


Urogenital
Kambing
Domba
Sapi
Normal

1.
Cara urine
Normal
Normal
Normal
Kuning

2.
Warna urine
Kuning
Kuning
Kuning


3.
Kekeruhan urine













Syaraf dan Gerak



Ada

1.
Reaksi Refleks
Ada
Ada
Ada
Normal

2.
Cara berjalan
Normal
Normal
Normal







Sapi


Panca Indra
Kambing
Domba
Sapi


1.
Mata
Kotoran ada


Leleran tak ada

2.
Telinga
Leleran tak ada
Leleran tak ada
Leleran tak ada
Refleks dengar bagus

3.
Telinga
Refleks dengar bagus
Refleks dengar bagus
Refleks dengar bagus
Normal

4.
Suhu tubuh
Normal
Normal
Normal
Normal

Kulit
              Jadi dari pengamatan yang dilakukan bahwa hewan ternak yaitu; sapi, kambing, dan domba dalam keadaan normal. Menurut (Subronto, 1985). Kulit sehat dilihat dari bulu yang bersih mengkilat dan tidak rontok serta bulu dalam keadaan normal yang mana bulu tidak berdiri.
Pernafasan
       Dari pengamatan yang telah dilaksanakan bahwa pernafasan pada ternak yang diamati dalam keadaan normal. Menurut (Subronto, 1989). Frekuensi pernafasan keteraturan serta dimana perlu diperiksa dari jarak yang tidak mengganggu ternak. Hewan akan normal dalam keadaan tenang serta lingkungan yang sedang.
Pencernaan
             Pengamatan yang telah dilakukan bahwa proses pencernaan pada ternak dalam keadaan sehat atau normal. Menurut (Hiramune dan Murase 1975). Frekuensi tinja berguna untuk penentuan penyakit diare, sedangkan yang dinyatakan oleh (Santoso. 2000) Fungsi sistim  pencernaan hewan yang normal dapat dilihat dalam cara makannya seperti cara mengambil makan, mengunyah, dan menelan.
            Urogenital
       Jadi dari hal yang telah diamati bahwa hasil pratikum menyatakan ternak urogenitalnya dalam keadaan normal. Menurut (Samad. S. 1978). Dalam Proses Urogenital hewan yang normal dapat dilihat dari cara kencing dan diamati melalui warna urine, dan kekeruhan urine.
Gerak 
             Sesuai dengan tinjauan yang mana hasil dari pengamatan bahwa ternak dalam keadaan normal. Menurut (Reksohadidjoyo. 1991). Ternak yang sehat dan normal mempunyai refleks yang bagus dan cara berjalan yang normal serta organ mata maupun organ telinga. Bila ternak terkejut mendengar suara yang aneh berarti ternak dalam keadaan yang sehat.



“Pengambilan Dan Pengiriman Spesimen”

Sedangkan hasil yang diperoleh pada praktikum teknik pengambilan spesimen adalah bahwa organ ternak yang diambil adalah otak, hati, duodenum, yeyunum, ileum, secum, limfa, jantung, dan ginjal.
Menurut Masyaf(2001) menyatakan bahwa untuk melakukan teknik pengambilan spesimen sebaiknya menggunkan wadah spesimen dari botol kaca. Sedangkan yang dinyatakan oleh Prinngo Poetro,R (1986) bahwa hasil akhir yang diperoleh dari laboratorium sangat dipengaruhi oleh cara penanganan dan pengiriman spesimen.






















PENUTUP



Kesimpulan

“Penyakit Endoparasit”
Cacing
            Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum dasar kesehatan ternak kali ini adalah bahwa telur cacing yang terdapat pada ternak sapi dapat berupa Carmerius spatiosus, Schistoma bovis , Fischoederius cobboldi dan dapat dilihat dengan menggunakan metode shetaer, metode natif, metode apung (dengan NaCl jenuh). Jadi cacing yang ada pada ternak sapi ini sangat merugikan bagi para peternak.
Protozoa
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum dasar kesehatan ternak kali ini adalah bahwa protozoa yang terdapat pada ternak kambing atau domba dapat berupa protozoa Eimeiria pallida yang sangat merugikan bagi para peternak yang dapat dilihat dengan menggunakan metode apung.

“Vaksinasi ”

AI(Afian Influenza)
Dari kegiatan praktikum kesehatan ternak yang berjudul Vaksinasi AI ini dapat disimpulkan bahwa ternak yang divaksin ini termasuk dalam kelompok yang sehat. Sehingga terjadi peningkatan kekebalan tubuh terhadap serangan bibit penyakit.
Vaksinasi New Castle Disease (ND)
Vaksinasi ND sangat mudah dilakukan karena dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan dan banyak tersedia di poultry dan juga tersedia di dinas peternakan.
“Sanitasi dan Desinfeksi”
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum dasar kesehatan ternak kali ini adalah bahwa faktor utama yang menentukan bagaiman desinfektan bekerja adalah kadar desinfektan, waktu yang diberikan pada desinfektan untuk bekerja, suhu desinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, bahan yang dididesinfeksi.

“Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit”
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikumkali ini adalah bahwa semua  jenis ektoparasit itu sifatnya sangat merugikan bagi ternak yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian pada ternak. Sedangkan cara pemberantasan ektoparasit dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara individual (mengambil ektoparasit satu persatu), penyemprotan (dipping), dan secara massal (metode spray/penyemprotan,dipping).

“Pemeriksaan Ternak Secara Umum”
             Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pratikum kesehatan ternak ini adalah bahwa kesehatan ternak sangat penting apalagi kesehatan dalam kelompok ternak. Kesehatan ternak dapat dilihat dalam pemeriksaan fisik ternak atau pemeriksaan sistema yaitu kulit dan bulu, Pernafasan, sirkulasi, pencernaan, urogenital, dan gerak. Dan dari pengamatan menyatakan ternak yang diamati dalam keadaan normal.

“Pengambilan Dan Pengiriman Spesimen”
Adapun kesimpulan dari praktikum pengambilan dan pengiriman spesimen adalah bahwa apabila spesimen yang dikirimkan kurang atau tidak tepat, maka keakuratan pemeriksaan laboratorim menurun, bahkan dapat menjadi 0%.
 Saran
            Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar praktikum dasar kesehatan ternak untuk yang akan datang lebih baik dari praktikum yang sekarang, sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA



AAK.1979. Kawan Beternak : Kanisius
Arifin, C dkk. 1982. Parasit Ternak dan Cara-caraPenanggulangannya. Penebar swadaya, Jakarta.
Arthur, D. R. Interaction between arthropod ectoparasites and warm blooded hosts. Dalam Ecological Aspects of Parasitology. Disunting oleh C. R. Kennedy. Elsevier-North Holland, 1976, pp. 163-183.
Blokeli James H. Bade David. 1991. Ilmu Peterrnakan.Yogyakarta: Gajah Mada University    Press.
Dirkeswan, Ditjenak, Deptan, 1980. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular, Jilid I, II, dan III.
Fadilah, dan Polana. 2004. Aneka Ternak Pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Agramedia Pustaka. Jakarta.
Hiramune dan Murase. 1975. Berternak Domba. Penerbit Bhratara Karya Aksara Jakarta.
Hoogstraal, H. Biology of ticks. Dalam Tick-borne Diseases and Their Vektor. Disunting oleh J. K. H. Wilde. Edinburgh, Edinburgh University Press, 1978, pp. 3-14.
Jamilah. S. 2000. Kamus Peternakan dan Penyakit Hewan. PT Mutiara Sumber Widaya Penabur Benih Kecerdasan.
Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lapage. G, 1956. Monig Veterynary Helmintology M. C. Graw-Hill Boo Company, Inc. New York, Toronto, London, Kogakushi Company Ltd Tokyo.
Levine, D Norman. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Masyaf. 2001. Ilmu Peternakan. Gajah Mada Press : yogyakarta.
Pringgo Poetro,R Soekadjo.1986.Penyakit Ternak : Yasaguna Jakarta
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Petelur (Ayam Ras). Penerbit Swadaya. Jakarta.
Reksohadidjoyo. S, 1996. Pengantar Ilmu Peternakan Tropis. Penerbit BPFE Yogyakarta.
Ruhayat. 2005. Peternakan Umum. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.
Samad. S. 1999. Peternakan Umum. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.
Santoso. U, 2000. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya Jakarta.
Snow, K.R. Insects and Diseases. New York, Halsted Press, 1997.
Soejoedono, R. D. dan E. Handharyani. 2005. Seri Agri Wawasan Flu Burung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subroto.2001. Ilmu Penyakit Ternak. Gajah Mada Universitas Press: yogyakarta.
Subronto. 1999. Ilmu Penyakit Ternak. Gajah Mada University Press.
Suprijatna, Endjeng. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Wardianto, 1998. An Atlas of Insects Diseases. 2nd Ed. The Hague, Dr. W. Junk. B. W. Publishers.
Welser, J. An Atlas of Insects Diseases. 2nd Ed. The Hague, Dr. W. Junk. B. W. Publishers,2003.
Whitfield, P. J. The Biology of Parasitism. Baltimore, Baltimore University Press, 1999.
Wiharto. 1996. Penyakit Ayam dan Cara Mengatasinya. Universitas Brawijaya. Malang.
Wilde, J. K. H. (ed.) : Tick-Borne Diseases and their Vectors. Edinburgh,  Edinburgh University Press, 1996.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar